Pada sambutannya suami
dari Hj.Fatimah ini menyatakan bahwa ; “Pemeliharaan
lingkungan , termasuk didalamnya penghijauan/reboisasi bukanlah program
pemerintah saja, kita sebagai masyarakat dapat melakukan itu dengan cara
minimal menanam satu pohon dipekarangan. Demikian pula bagi penduduk kota2
besar tanpa terkecuali. Untuk itu saya dan beberapa rekan sedang menggalakan penanaman pohon Mahoni ;
salah-satunya diwilayah Bandung.”, demikian tutur beliau.
Saya pribadi agak ‘surprise
dan sedikit malu mendengarnya, karena yang saya tahu beliau adalah kelahiran
Mesang,Jambi. Bukan di Jawa Barat , namun perhatiannya teramat besar kepada
tanah Pasundan ini. Keterkejutan ini pun
semakin luas apalagi setelah mendengar lagi pernyataan beliau lainnya, “Jika
waduk Cirata, Saguling dan Jatiluhur yang berada diperbatasan Bandung hingga
Purwakarta ‘jebol karena tidak mampu menahan luapan air bah, banjir dan erosi
dari Bandung dan sekitarnya,maka akan datang TSUNAMI DARAT. Pasti lebih dahsyat
dampaknya dari musibah jebolnya waduk Situgintung, Jakarta selatan,tgl.27 Maret
2009 lalu yang menelan korban tewas lebih dari 100 orang itu..”
CLING, ...
Sampai sini saya sedikit
teringat ceritra orang tua yang menyatakan bahwa Kota Bandung saat ini adalah
warisan dari sebuah perjalanan panjang GUNUNG SUNDA PURBA yang diperkirakan
letaknya memanjang antara Utara dan Selatan Bandung.
1.
Gunung Sunda
Purba telah ada sejak 2 juta tahun lalu, diperkirakan tingginya mencapai lebih
dari 3.000 M-DPL (Di atas Permukaaan air Laut). Yang diapit oleh Sungai Cikapundung purba
dan Sungai Citarum purba
2.
Seiring
waktu Gunung Sunda Purba itu kemudian runtuh, ilmuwan van Bemmelen (1949) menyatakan
itu terjadi sekitar 11.000 tahun yang lalu. Reruntuhan itu menyebar rata
keseluruh penjuru, sebagian kemudian membentuk suatu kaldera (kawah besar yang
berukuran 5-10 km) yang ditengahnya kemudian melahirkan Gunung Tangkuban Parahu.
3.
6.000 tahun
lalu pula, terjadi pergeseran tanah dan patahan Lembang sampai Gunung
Malangyang yang memisahkan dataran
tinggi Lembang dari dataran tinggi Bandung. Hal ini disertai suatu erupsi besar
berupa suatu banjir abu panas yang
melanda bagian utara Bandung dan sebelah
barat Sungai Cikapundung sampai sekitar Padalarang di mana Sungai Citarum Purba
mengalir ke luar dataran tinggi Bandung.
4.
Banjir abu
volkanik ini menyebabkan terbendungnya Sungai Citarum Purba, dan terbentuklah
Danau Bandung dgn luas +/- 150-200 KM dengan kedalaman lebih dari 1.500-2.500 M
DPL. Seiring perjalanan waktu, Menurut
penelitian arkeologi danau ini mulai surut secara beangsur-angsur pada masa
neolitikum + 8000 – 7000 SM, hingga kini kedalaman Kota Bandung antara 600-780
M DPL, yang tertinggi di wilayah Bandung Utara +/- 1000 M DPL
5. Kota Bandung saat ini dialiri dua sungai utama, yaitu Sungai Cikapundung
dan Sungai Citarum beserta
anak-anak sungainya yang pada umumnya mengalir ke arah selatan dan bertemu di Sungai Citarum. Dengan kondisi yang demikian, Bandung selatan
sangat rentan terhadap masalah banjir terutama pada musim hujan.
6. Jika saja kota Bandung saat ini diserupakan dengan sebuah
mangkok , maka sisi mangkok terendah adalah bagian selatan dan barat. Dapat
kita bayangkan betapa dahsyatnya jika Sungai Cikapundung dan Citarum tak mampu
lagi menahan debit air bah karena banjir/erosi maka air pun akan meluap
kesegala arah, termasuk ke dalam kota Bandung yang berdataran rendah.Jika terus
ke selatan Bandung maka akan tiba hingga Majalaya dsk. Untuk wilayah barat maka
dapt menuju Padalarang, Cianjur hingga Purwakarta
7.
Kota bandung
dgn luas +/- 167 KM2 dengan asumsi
300-500 M-DPL, saat ini ‘terjaga’ oleh
beberapa danau/waduk diantaranya waduk Cirata , Saguling, hingga Jatiluhur
perbatasan Purwakarta. Selain berfungsi sebagai irigasi ribuan hektar sawah,
budidaya ikan keramba, pengendali banjir, ke tiga
danau/waduk PLTA_Pembangkit Listrik Tenaga Air ini juga menjadi obyek wisata
unggulan di Jawa Barat
8.
Demikian
sebalinya jika ke-3 waduk itu jebol karena air bah, maka arah air akan mencari
dataran rendah, dan Kota Bandung salah satunya.Dan sejarah Danau Bandung Purba
pun terulang kembali ??. Naudzubillahimindzalik.
----- Mungkin opini ini terkesan sangat ‘lebay, namun inilah satu bentuk
apresiasi kami atas ke-brilianan & langkah/upaya mulia Mister MOE terhadap bumi pasundan dengan
program ‘Sejuta-Mahonisasi-nya.
Mengapa Mahoni?, dari beberapa sumber yang kami dapat,
1.
Tanaman Mahoni
(Swietenia mahagoni Jacq) berasal dari keluarga meliaceae, merupakan
pohon dengan pertumbuhan cepat, penghasil kayu keras dan digunakan untuk
perabot rumah tangga serta perabot ukiran (furniture/meubel,dsb) . Kayunya juga
sering dibuat penggaris karena tak mudah berubah. Getahnya baik untuk bahan
perekat. Dalam farmakologi (obat-obatan)
Cina dan pengobatan tradisional lain disebutkan bahwa tanaman ini memiliki
sifat pahit, dingin, anti piretik (penurun panas), anti jamur dan menurunkan
tekanan darah tinggi
2.
Mahoni sangat
fleksibel dia bisa tumbuh dimana saja dan tidak pilih jenis tanah dan kesuburan
tanah. Dihutan, pantai dan tepi jalan, umumnya dpt mencapai tinggi hingga 5-25 meter.
Berakar tunggang, batang bulat, banyak cabang dan kayunya bergetah. Jika
tanaman lain sangat rawan hama, Mahoni
tidak. Usia panen dapat mencapai 10-25 tahun dengan diameter antara 125-150 Cm
dan tinggi 35-40 M. Kualitas kayu mahoni berada dibawah kayu jati sehingga
sering dijuluki sebagai primadona kedua. Umumnya harga bibit antara Rp.35.000-60.000/kg
3.
Akar Mahoni (min.2
tahun) dengan tinggi 2-3 M sudah mampu
& kuat untuk menahan longsor tanah/erosi sekaligus reboisasi/penghijauan. Jika saja dalam 1 tahun
dapat ditanam 1 juta Mahoni diwilayah Bandung, maka Insya Allah Bandung akan
terhindar dari TSUNAMI DARAT.
4.
Bandung
adalah bagian dari program Mahonisasi beliau setelah sukses di Jambi, Karawang,
Purwakarta,dsb?, Sebagai mantan Menteri
Kehutanan RI thn.2001 tentunya beliau cukup handal dalam hal ini, maka dari itu
melalui MEDIA UMMAT beliau mengundang mitra-kerja untuk program diatas. Ada
yang berminat, dapat hub.Media Ummat, hp.0812.199.34276
Tidak ada komentar:
Posting Komentar